Hujan
ini, membawaku kembali kepada saat itu...
Kamu
pernah membuatku kecewa. Pernah membuat hatiku semendung sore ini.
Kadang,
caraku untuk mengobati rindu ini padamu adalah dengan mendengarkan lagu-lagu
favoritmu, lagu yang sering kita dengarkan bersama. Entah menyukainya atau
tidak, aku selalu berusaha untuk menyukainya.
Kadang,
hal-hal teoritis baru dapat diterjemahkan lewat sebuah obrolan dialektis. Untuk
itu, aku sangat senang berbagi, ya, tentang apa saja. bahkan tentang hal-hal
kecil yang kadang kita anggap biasa-biasa saja.
Duduk
tenang, melepas beban. Lapangkan hati untuk rasa yang biasa kita nikmati. Sementara,
letakkan dulu sebentuk ego yang membungkus diri sehingga harganya jadi mahal
sekali. Dan aku, aku janji tak akan menangis lagi.
Pernahkah
kamu terbayang, rasanya terbangun saat pagi dan tak lagi bisa mengirimkan pesan
sekedar ucapan “selamat pagi, sayang”. Atau seketika menjadi canggung saat
ingin sekali bertanya “Hari ini kamu mau ngapain aja, sayang?” Pernah
terbayangkah, saat semua yang sudah terlalu terbiasa kita awali dipagi hari
terpaksa hilang dan terganti? Sungguh, tak mampu membayangkan betapa
kehilangannya pagiku.
Pernahkah
kamu membayangkan tak ada lagi yang membacakan catatan kecil yang dituliskan
untukmu. Tidakkah kamu akan merindukannya? Karena meskipun aku tau tak sering
kau membaca catatanku, namun tak ada yang lebih menyenangkan dari membacakan
sendiri catatan yang kubuat untukmu. Kadang aku malu membacakannya. Tapi memang hanya kumpulan huruf yang tak seberapa itu
yang mampu aku persembahkan.
Tidakkah
kamu ingin melakukannya lagi? Ketika kamu tiba-tiba menjatuhkan tubuhmu
dipundakku dengan tangan yang memelukku dari belakang saat rasa kantuk datang
ketika aku mengendarai motor. Tidakkah kamu ingin melakukannya lagi? Bukankah
kamu selalu terbahak dengan keras setiap kali kamu tau kau berhasil mengejutkanku
dengan tingkah konyolmu itu. Lakukan lagi ya sayang, nanti, tanpa
sepengetahuanku. Karena meskipun aku selalu cemberut dan menyerbumu dengan
pertanyaan-pertanyaan konyolku. Dan kamu, kamu selalu menggigit dan mencubitku hingga
aku kesakitan. Tapi bukankah kita selalu menutupnya dengan tawa kita yang
berderai? Lalu siapa nanti yang akan kumarahi karena membuatku kesakitan karena
gigitan dan cubitannya lagi? Ah...
Aku tak
mampu membayangkan. Bila tak lagi bisa sesuka hati bertamu kerumahmu untuk
sekedar bercerita tentang hidup kita. Atau tak lagi bisa mendengar cerita
tentang hidupmu., keseharianmu, kegiatanmu. Pernah terbayang rasanya, bila puluhan pesan masuk ke
nomormu namun tak satupun memunculkan namaku di LCD mu. Maaf bila aku tak mampu
membayangkan itu terjadi padaku. Rasanya tak cukup kuat aku menahan kecewa yang
terlalu hebat. Terlalu pedih.
Maaf,
Bila
membayangkanpun aku tak cukup mampu. Bila belum terjadipun sudah sesak nafasku.
Lalu mulai mengambang air di mataku. Lagi...
Aku takut.
Boleh
kupinjam tanganmu? Sebentar saja. Karena hanya milikmu itu yang mampu
menghentikan aliran air mata ini.
Selamat
sore, Kamu.
Ah kak oky :'))
BalasHapus